Rabu, 14 November 2012

Makalah keimman

KE-IMM-AN

A.           SEJARAH KELAHIRAN IMM
KELAHIRAN IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah,   dan juga bisa  dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah untuk  memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan.
Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalan keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah. Faktor-faktor problematis dalam persoalan keummatan itu antara lainialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990: 102):
1.      Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serba tunggal,   serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.
2.      Terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk  saling curiga dan fitnah, serta kehidupan politik ummat Islam yang semakin buruk.
3.      Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis
4.      Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakin tumbuhnya materialisme-individualisme
5.      Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama  dalam kampus, serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
6.      Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
7.      Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkan kesyi rikan, serta semakin meningkatnya misionaris- Kristenisasi
8.      Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk
Dengan latar belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi dan membina   mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah  dimulai sejak lama. Semangat tersebut sebenarnya  telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi  Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu, Pimpinan  Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1934-1937). Keinginan tersebut sangat logis dan realistis, karena keluarga besar  Muhammadiyah semakin banyak dengan putera-puterinya yang sedang dalam penyelesaian pendidikan menengahnya. Di samping itu,Muhammadiyah juga sudah banyak memiliki amal usaha pendidikan tingkat menengah.
  Gagasan pembinaan kader di lingkungan  mahasiswa datam bentuk penghimpunan dan pembinaan langsung adatah selaras dengan kehendak  pendiri Muhammadiyah, KHA. Dahlan, yang berpesan  babwa "dari kalian nanti akan ada yang jadi dokter, meester, insinyur, tetapi kembalilah kepada   Muhammadiyah" (Suara Muhammadiyah, nomor 6  tahun ke-68, Maret || 1988, halaman 19). Dengan   demikian, sejak awal Muhammadiyah sudah  memikirkan bahwa kader-kader muda yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali ke Muhammadiyah.
  Namun demikian, gagasan untuk menghimpun dan membina mahasiswa di lingkungan  Muhammadiyah cenderung terabaikan, tantaran  Muhammadiyah sendiri belum memiliki perguruan tinggi. Belum mendesaknya pembentukan wadah kader di lingkungan mahasiswa Muhammadiyah  saat itu juga karena saat itu jumlah mahasiswa yang ada di lingkungan Muhammadiyah betum terlalu banyak. Dengan demikian, pembinaan kadern mahasiswa Muhammadiyah dilakukan melalui wadah Pemuda Muhammadiyah (1932) untuk mahasiswa putera dan metalui Nasyiatul Aisyiyah  (1931) untuk mahasiswa puteri.
Gagasan untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah dalam satu himpunan setidaknya telah menjadi polemik di lingkungan Muhammadiyah sejak lama. Perdebatan seputar kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah  berlangsung cukup sengit, baik di kalangan Muhammadiyah sendiri maupun di kalangan gerakan mahasiswa yang lain. Setidaknya, kelahiran IMM sebagai wadah bagi mahasiswa Muhammadiyah mendapatkan resistensi, baik dari kalangan Muhammadiyah sendiri maupun dari kalangan gerakan mahasiswa yang lain, terutama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di kalangan Muhammadiyah sendiri pada awal munculnya gagasan pendirian IMM terdapat anggapan bahwa IMM betum dibutuhkan kehadirannya dalam Muhammadiyah, karena Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah masih dianggap cukup mampu untuk mewadahi mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah.
Setelah mengalami polemik yang cukup serius tentang gagasan untuk mendirikan IMM, maka pada tahun 1956 polemik tersebut mulai mengalami pengendapan. Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahap awal bagi embrio operasional pendirian IMM dalam bentuk pemenuhan gagasan penghimpun wadah mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 98). Pertama, pada tahun itu (1956) Muhammadiyah secara formal membentuk kader terlembaga (yaitu BPK). Kedua, Muhammadiyah pada tahun itu telah bertekad untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah amar ma'ruf nahi munkar (tiga tahun sesudahnya, 1959, dikukuhkan dengan melepaskan diri dari komitmen politik dengan Masyumi, yang berarti bahwa Muhammadiyah tidak harus mengakui bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia adalah HMI). Ketiga, perguruan tinggi Muhammadiyah telah banyak didirikan. Keempat, keputusan Muktamar Muhammadiyah bersamaan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956 di Palembang tentang "....menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah."
 Baru pada tahun 1961 (menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad di Jakarta) iselenggarakan Kongres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di Yogyakarta (saat itu, Muhammadiyah sudah mempunyai perguruan tinggi Muhammadiyah sebelas buah yang tersebar di berbagai kota). Pada saat itulah, gagasan untuk mendirikan IMM digulirkan sekuat-kuatnya. Keinginan tersebut ternyata tidak hanya dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah, tetapi juga dari kalangan mahasiswa di berbagai universitas non-Muhammadiyah. Keinginan kuat tersebut tercermin dari tindakan para tokoh Pemuda Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan di lingkungan Pemuda Muhammadiyah untuk berdiri sendiri. Oleh karena itu, lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinasikan oleh Margono (UGM, Ir.), Sudibyo Markus (UGM, dr.), Rosyad Saleh (IAIN, Drs.), sedangkan ide pembentukannya dari Djazman al-Kindi (UGM, Drs.).
   Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswa Muhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan disponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga Dakwah Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah yang menjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM Lokal Yogyakarta.
   Tiga butan setelah penjajagan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mere,smikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada tanggal 29 Syawal 1384 H. atau 14 Maret 1964 M. Penandatanganan Piagam Pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dilakukan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, yaitu KHA. Badawi. Resepsi peresmian IMM dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta dengan penandatanganan 'Enam Penegasan IMM' oleh KHA. Badawi, yaitu:
1.      Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan  mahasiswa Islam
2.      Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah  adalah landasan perjuangan IMM
3.      Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahesiswa dalam Muhammadiyah
4.      Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah dengan mengindahkan segala hukum, undang-undartg, peraturan,  serta dasar dan falsafah negara
5.      Menegaskan bahwa ilmu adalá amaliah dan  amal adalah ilmiah
6.      Menegaskan bahwa amal WJA aMah lillahi  ta'ala dan senantiasa diabdWan untuk kepentingan rakyat.

B.            MAKSUD DAN TUJUAN DIDIRIKANNYA IMM
Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adatah sebagai berikut:
1.      Turut memelihara martabat dan membela  kejayaan bangsa
2.      Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
3.      Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah
4.      Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna  amal usaha Muhammadiyah
5.      Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan
Tujuan didirikannya IMM adalah sebagai berikut:
Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlaq mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah (AD Pasal 6).
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, Ikatan  Mahasiswa Muhammadiyah melakukan beberapa  upaya strategis sebagai berikut :
1.      Membina para anggota menjadi kader persyarikatan Muhammadiyah, kader umat, dan kader bangsa, yang senantiasa setia  terhadap keyakinan dan cita-citanya.
2.      Membina para anggotanya untuk selalu tertib  dalam ibadah, tekun dalam studi, dan  mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk  melaksanakan ketaqwaannya dan pengab diannya kepada allah SWT.
3.      Membantu para anggota khusus dan mahasiswa pada umumnya dalam menyelesaikan kepentingannya.
4.      Mempergiat, mengefektifkan dan menggembirakan dakwah Islam dan dakwah amar ma'ruf nahi munkar kepada masyarakat khususnya masyarakat mahasiswa.
5.      Segala usaha yang tidak menyalahi azas, gerakan dan tujuan organisasi dengan mengindahkan segala hukum yang berlaku dalam Republik Indonesia.

C.           TRILOGI /TRI KOMPETENSI IMM
Ä   Spiritualitas
Adalah kemampuan kader untuk memformulasikan kehidupan berjiwa tauhid menurut ajaran Islam. Senantiasa melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar.

Ä   Intelektualitas
Adalah kemampuan untuk mengaktualisaikan diri melalui berfikir sendiri, integral, liberatif, inovatif, dengan mengembangkan pemahaman serta amaliah rasional sehingga akademisi terlibat secara kritis dengan nilai kehidupan yang Islami, tujuan cita-cita yang mengatasi praktis sesuai dengan basis ilmu pengetahuan yang diserap.
Ä   Humanitas
Adalah kemampuan kader untuk mengimplementasikan nilai-nilai dan ciri-ciri Muhammadiyah secara lahiriah, konsisten, dan konsekuen dalam suatu disposisi sikap, sehingga memiliki identitas khusus.

D.           STRUKTUR DAN ORIENTASI ORGANISASI
Ä  Pimpinan Komisariat berada pada tingkat Fakultas atau Akademik
Orientasi: Kemahasiswaan, perkaderan, keorganisasian, dan kemasyarakatan. (Penguatan Intelektual/exercise intelektual)
Ä  Pimpinan Cabang berada pada tingkat Kabupaten/Kota
Orientasi: Perkaderan, Kemahasiswaan, keorganisasian, dan kemasyarakatan. (Penguatan dan pembinaan kader)
Ä  Dewan Pimpinan Daerah (DPD) berada pada tingkat provinsi
Orientasi: keorganisasian,kemasyarakatan, perkaderan, dan kemahasiswaan. (Penguatan organisasi internal dan eksternal)
Ä  Dewan Pimpinan Pusat (DPP) barada pada tingkat Pusat/Nasional
Orientasi: Kemasyarakatan, keorganisasian, perkaderan, dan kemahasiswaan. (Penguatan humanitas/pengabdian kepada umat dan bangsa)

E.       JENJANG PERKADERAN IMM
Ä  Perkaderan Utama
Darul Arqam Dasar (DAD)
Diarahkan pada penanaman nilai-nilai aqidah dan membangun moral agama dan dasar-dasar kepemimpinan. Bertujuan untuk membentuk kader pimpinan komisariat.
Darul Arqam Madya (DAM)
Diarahkan pada penguatan intelektual: elaborasi dan kritik pemikiran dan teori serta pembentukan karakter pemimpin tingkat menengah. Bertujuan untuk membentuk kader pimpinan di tingkat cabang dan DPD.
  Darul Arqam Paripurna (DAP)
Diarahkan pada penguatan humanitas: menciptakan antitesa pemikiran dan teori sekaligus melahirkan metodologi sosial untuk persolan-persoalan keummatandan kebangsaan. Bertujuan untuk membentuk kader pimpinan di tingkat pusat (DPP).
Ä  Perkaderan Pembina
Latihan Instruktur Dasar (LID)
Bertujuan untul melahirkan kader Pembina di tingkat dasar atau DAD
Latihan Instruktur Madya (LIM)
Bertujuan untuk melahirkan kader Pembina di tingkat menengah atau DAM
Latihan Instruktur Nasional (LIN)
Bertujuan untuk melahirkan kader Pembina di tingkat nasional atau DAP
Ä  Perkaderan Pendukung
Pendidikan Khusus Immawati (Diksuswati) I, II, dan III (Nasional)
Latihan Advokasi
Latihan Jurnalistik
Sekolah Pelopor
Pelatihan-pelatihan lainnya.

1 komentar: